Jumat, 10 Juli 2009

Rindu Dua Asmara

Angin lalu telah berhembus, setiap jengkal napas hidupnya terasa sesak di dada, mata berbinar tanda tak berdaya, selaput rindu milik siapa, hanya diam tanpa kata, dia berkata " kau hendak ke mana?", lalu satu dara melepas kain cinta dengan suka cita, "aku milik Sang penguasa, berjalan lunglai, tertatih dan merangkak penuh lelah,dara dua memilih diam saja, menunggu punggawa cinta lari dari dosa, "Hai,jejaka yang di sana, mana janjimu untukku!!!", menghardik tanpa makna, entah apa yang dirasanya, Sang jejaka datang menghampiri, "Janjiku bukan apa yang kau rasa, hendaknya kau cari hamba yang senang kau ikat cinta dalam bara"

sesi satu telah berlalu, angin sendu datang membawa suka cita dan derita, para dara hanya bisa menerima, hasil cinta mereka yang telah beranjak dewasa...........

RESAH DI JIWA

Ku ungkap segala resah di jiwa, ketika sejenak teringat akan riak wajahnya yang lugu, polos, dan sederhana. Sedari dulu kumerasa, apakah makhluk ini hadir hanya untukku? Mungkin, aku terlalu naif menapikkan ini semua. Banyak hal yang tak bisa aku ungkapkan di sini, bahwasanya ia adalah kolaborasi dari berbagai macam bentuk wajah dan sikap para wanita yang terdahulu. Apakah betul begitu? atau hanya perasaanku saja? Kembali ke kehidupan nyata, segala sesuatu telah berubah pada akhirnya. Dunia kita telah berbeda, hanya karena masalah orang tua, hormat terhadap mereka memang penting, tapi yang membuat rasa tak percaya dan resah yang terjawab, hanya karena beda adat istiadat dan suku yang menghalangi. Dasar!!!!! Tapi, sudahlah, banyak hikmah yang terbentang di sini, setiap niat baik kadang kala tidak berbuah baik, tapi itulah kenyataannya. Hadapilah segala kemungkinan yang ada, laki-laki hanya manusia biasa yang bisa bertahan karena Cinta!